Jumat, 23 Januari 2015

Bisnis Kondominium Masih Menggiurkan!!!


JAKARTA, KOMPAS.comTak ada yang lebih menggiurkan untuk dijadikan instrumen investasi selain kondominium. Meski terdengar berlebihan, namun berbagai fakta menguatkan hal ini. Sepanjang tahun 2013 pertumbuhan kondominium memperlihatkan deretan angka positif di atas dua digit, baik dari segi pasokan, tingkat penjualan, maupun harga.Dalam catatan Leads Property Indonesia, pasokan kondominium di Jakarta sampai dengan kuartal III tahun ular air ini mencapai 108.458 unit dengan tingkat penjualan fantastis yakni sebesar  96,4 persen! Secara keseluruhan, harga rerata berada pada level Rp 19,7 juta per meter persegi, meningkat sebesar 29 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. 

Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, akselerasi pertumbuhan ini menstimulasi terjadinya perubahan pada elemen harga dengan harga tertinggi sudah menembus angka Rp 50 juta-Rp 80 juta per meter persegi."Kondominium dengan harga paling tinggi berada di kawasan pusat bisnis terpadu (central business district/CBD). Selain dipatok dalam valuta Rupiah, ada beberapa kondominium yang dibanderol dengan valuta dollar AS, yakni sekitar 4.000 dollar AS-6.500 dollar AS per meter persegi," papar Hendra kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2013).Hendra melanjutkan, kondominium dengan harga paling rendah juga mengalami perubahan menjadi rerata Rp 16,2 juta per meter persegi. Sebagian besar kondominium seharga ini, berlokasi di belahan timur Jakarta.Berdasarkan lokasinya, pertumbuhan harga di CBD lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan harga di luar CBD. 

Harga rerata kondominium per kuartal III 2013 di CBD dan luar CBD masing-masing mencapai Rp 35,5 juta per meter persegi atau meningkat sebesar 28,2 persen dan Rp 25,5 juta atau tumbuh 22,3 persen per meter persegi ketimbang periode yang sama tahun lalu."Dengan demikian, performa sektor kondominium berjalan baik karena menunjukkan pertumbuhan yang positif," ujar Hendra.Sementara dari segi penjualan, kondominium di area non CBD meraup simpati publik lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat penjualan kondominium di area CBD. 

Hal tersebut menunjukkan tingkat permintaan (demand) yang juga lebih tinggi untuk kondominium di luar CBD, karena ditunjang oleh harga yang relatif lebih terjangkau dan semakin mahalnya harga rumah tapak (landed property) di luar CBD.Nah, terkait semakin melejitnya harga dan defisit lahan di CBD Jakarta, mendorong pembangunan kondominium lebih marak terjadi di luar CBD. Pergeseran distribusi wilayah pasokan kondominium ini sejatinya sudah terjadi sejak beberapa tahun silan. Namun, selama sembilan bulan tahun ini, terjadi perubahan komposisi pasokan kondominium yang mencolok.Menurut riset Colliers International Indonesia, pasokan kondominium terbanyak terdapat di Jakarta Barat dan Utara masing-masing dengan proporsi 24 persen dan 21 persen, sisanya tersebar di Jakarta Selatan 18 persen, CBD 18 persen, Jakarta Pusat 14 persen dan Jakarta Timur 5 persen. 


Pasokan baru 2014 Kinerja positif sektor kondominium, ujar Hendra, akan terus berlanjut hingga beberapa tahun ke depan. Terlebih karena ada tawaran capital gain yang cukup tinggi untuk investasi properti kondominium, khususnya tipe menengah ke atas dengan harga Rp 20 juta-Rp 40 juta per meter persegi. Selain itu, tipe tersebut merupakan yang diminati oleh ekspatriat. Sedangkan untuk tipe menengah bawah, menengah dan atas didominasi oleh pengguna akhir karena mereka membutuhkan hunian. Berbeda dengan kelas atas, yang lebih kepada imej dan eksklusifitas. Adapun pasokan baru yang akan meramaikan pasar kondominium hingga 2014 mendatang, menurut Colliers International Indonesia, sebanyak 29.613 unit. Jumlah tersebut berasal dari 51 proyek kondominium.     


Tahun ini digadang-gadang sebagai rekor penjualan kondominum. Berdasarkan hasil survey Jones Lang LaSalle (JLL),  harga kondominum tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan meskipun banyak permintaan. Untuk kondominium lower middle dipatok rata-rata Rp10 juta-Rp15 juta/ m2. Kondominium middleberada di kisaran Rp20 juta/m2. 


Sedangkan untuk kondominium upper dibanderol Rp30 juta/ m2 dan kondominum high end berada di kisaran Rp35 juta-Rp40 juta/ m2. Masih dalam survei tersebut, proyek kondominum baik under construction maupun yang siap jual hingga 2017 mencapai 53.650 unit dan 73% di antaranya telah terjual. Permintaan terhadap kondominium berpusat di kawasan Jakarta Barat seperti Kelapa Gading dan Puri Indah serta di kawasan Jakarta Selatan di Kebayoran dan sekitar TB Simatupang.

Harga Kondominiun Strata
Lower Middle
Rp10 juta-Rp15 juta/ m2
Middle
Rp20 juta/ m2
Upper
Rp30 juta/ m2
High End
Rp35 juta-Rp40 juta/ m2


Mari Kita Berbisnis !!!

perkembangan bisnis dan ekonomi untuk negara (gambar: blog.triskati.ac.id)

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan Indonesia ini tergantung dari sejauh mana perkembangannya dari bidang bisnis dan ekonomi. Perkembangan dalam bidang bisnis dan ekonomi ini faktor yang sangat penting dalam hal kemajuan dalam sebuah negara. Kesejahteraan rakyat dan pemerataan kehidupan yang layak merupakan salah satu bentuk hasil yang diinginkan dalam perkembangan di bidang ekonomi.


Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Dalam hal faktor ekonomi, sumber daya manusia menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Sumber daya manusia inilah yang akhirnya menjadi peran penting dalam perkembangan ekonomi, mereka bergerak dalam dunia bisnis dan mampu untuk mengembangkan pertumbuhan atau perkembangan ekonomi.
Di Indonesia sendiri banyak sekali kegiatan bisnis yang dilakukan yang berpengaruh banyak terhadap kelangsungan perkembangan ekonomi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dilihat dari aspek kegiatannya, bisnis yang terjadi di Indonesia terbagi menjadi 3 jenis kegiatan, yaitu:
  1. Produksi,  dalam bidang ini kegiatan bisnis yang terjadi merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan produksi ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu produksi primer (kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengolahan sumber daya alam, contohnya adalah seorang petani yang sedang mengolah lahan pertaniannya dari mulai menanam sampai dengan memanen), produksi sekunder (kegiatan ini lebih condong kedalam proses pengolahan bahan mentah dari sumber daya alam yang tersedia menjadi barang jadi, contohnya kulit mentah yang diolah menjadi sepatu, tas, jaket, dll), dan produksi tersier (hal ini lebih condong kepada kegiatan yang sifatnya adalah pemberian jasa, contohnya asuransi, perbankkan, dsb)
  2. Distribusi, kegiatan yang terjadi pada bidang ini adalah jenis kegiatan bisnis yang bergerak dalam bidang pengendalian atau pengiriman barang dari produsen ke konsumen, contohnya adalah supplier, pengemasan, pengendalian pengadaan barang, sampai dengan hal transportasi.
  3. Konsumsi, kegiatan bisnis yang terjadi pada bidang ini lebih cenderung kedalam hal penggunaan barang dan jasa. Contoh kegiatan bisnis yang terjadi pada bidang ini adalah bisnis yang bergerak dalam hal penyediaan barang atau jasa dan pengetahuan tentang penggunaan suatu produk (iklan).
Dilihat dari ketiga jenis kegiatan tersebut, maka kegiatan bisnis di Indonesia lebih terarah dan terencana, produsen bisa mengetahui kebutuhan dan permintaan dari konsumen, sehingga mereka mengetahui apa yang seharusnya mereka produksi dan tahu bagaimana caranya agar produk mereka tersebut sampai pada konsumen, atau istilahnya adalah sistem pemasarannya yang tepat untuk pemanfaatan produksi yang tepat.
Dilihat dari sistem pemasarannya, kegiatan bisnis yang terjadi di Indonesia ini terbagi menjadi beberapa bagian:
beberapa trend mark franchise (gbr: indochasregister.com)
  • Bisnis konvensional, bisnis dengan pemasaran secara konvensional merupakan bisnis yang terjadi pada umumnya yang terjadi di negara Indonesia, bahkan untuk negara-negara lainnya juga. Pada sistem ini kegiatan bisnis yang terjadi adalah produsen mempromosikan langsung kepada konsumen, sehingga keuntungan yang diperoleh merupakan keuntungan langsung dari penjualan. Contoh bisnis ini banyak kita lihat di kehidupan sehari-hari, dan memang pada umumnya masyarakat Indonesia bergerak dalam bisnis yang memakai sitem pemasaran secara konvensional ini.
  • Bisnis franchise, sistem pemasaran ini erat kaitannya dengan sebuah kepercayaan. Bisnis yang bergerak dibidang franchise memiliki sistem penjualan yang sangat jelas. Bisnis ini dikelola oleh dua pihak, yang pertama adalah orang yang memiliki sistem bisnis dan orang yang tertarik dengan sistem bisnis tersebut. Orang yang memiliki sistem bisnis akan menjual sistemnya tersebut kepada orang yang percaya akan sistemnya, kemudian sistem itu yang kemudian bekerja sendiri untuk memperoleh keuntungan kepada orang yang telah membeli sistemnya itu sendiri. Contohnya adalah bisnis retail yang ada pada lingkungan sekitar kita, dengan kita membeli "merek dagang" retail tertentu, maka kita tinggal menerima hasil yang diperoleh oleh "merek dagang" tersebut  yang kita beli. jadi tidak perlu lagi bingung dan pusing memikirkan bagaimana cara menjual dan cara pengadaan barangnya, karena sistemnya sendiri yang bekerja untuk itu.
  • Bisnis network marketing, bisnis ini merupakan salah satu kegiatan pemasaran bisnis dimana setiap orang berhak menjadi seorang pemasar sekaligus konsumen dari kegiatan bisnis yang dia ikuti. Istilah lain dari bisnis ini adalah multilevel marketing (MLM), dimana seseorang akan menjadi distributor resmi sebuah perusahaan dan juga merangkap sebagai konsumen tetap (selama orang itu masih sebagai distributor), selain itu juga mereka merangkap sebagai pengembangan sumber daya manusia atau HRD (human research development) dari perusahaan tersebut untuk bagian marketing. Bisnis ini sangat menjanjikan keuntungan yang sangat besar untuk perusahaan dan bagi distributor itu sendiri, banyak masyarakat Indonesia yang meraih keuntungan yang sangat besar dari bisnis ini, tapi tidak sedikit pula yang mendapatkan kegagalan. Karena tidak ada keterikatan secara langsung dengan perusahaan sehingga upaya dan komitmen mereka sendiri yang menentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh.
  • Bisnis online, bisnis ini makin mencuat seiring dengan perkembangan internet di dunia, setiap produsen berlomba-lomba memasaran produk mereka tanpa harus membayar upah kepada pegawainya (pemasar) karena pemasarannya sendiri menggunakan teknologi yaitu berupa internet. Para produsen tak perlu lagi capek-capek bertemu dengan pembeli ataupun menggaji seorang distributor, karena dengan bantuan internet dan sedikit kepercayaan dari konsumen, maka keuntungan dapat langsung diperoleh. Mereka (produsen) menawarkan produknya kepada pembeli dengan gambaran yang sangat jelas, kalau pembeli tertarik maka transaksi dilakukan via transfer dan barang pun dikirim melalui jasa pengiriman barang. Bisnis ini sebenarnya sangat riskan bagi konsumen, karena penipuan sangat mudah dilakukan oleh para produsen (karena tidak bertatap langsung dan tidak melihat barang yang dibeli -ibarat membeli kucing dalam karung-), namun hal ini tidak menyurutkan potensi bisnis online itu sendiri, karena pada kenyataannya bisnis online ini semakin berkembang di Indonesia.
  • Bisnis affiliasi, pada bisnis dengan sistem ini kita mempromosikan produk atau layanan milik orang lain, dan apabila terjadi transaksi sesuai dengan aturan yang disepakati, maka kita akan mendapat komisi. Pada awalnya, bisnis affiliasi memang terbatas pada kegiatan mempromosikan barang dagangan milik orang lain, dan apabila ada orang yang membeli melalui referensi kita, maka kita akan mendapatkan ‘tips’ dari transaksi yang terjadi. Namun dengan pesatnya perkembangan bisnis online, maka bisnis affiliasi turut berevolusi sehingga tidak lagi terbatas pada proses menjual saja. Bisnis affiliasi ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu Pay Per Sales (jenis bisnis affiliasi tradisional dimana seorang affiliate -dalam hal ini adalah diri kita- akan mendapat komisi setiap kali produk atau layanan milik penyedia jasa affiliate terjual, contohnya adalah Amazon Associates ),Pay Per Lead (jenis bisnis affiliasi dimana seorang affiliate akan mendapat komisi setiap kali ia berhasil mereferensikan orang lain untuk bergabung dengan program atau layanan tertentu, contohnya adalah program Paypal Wishlist yang diselenggarakan oleh Paypal beberapa waktu yang lalu), dan Pay Per Action (jenis bisnis affiliasi dimana seorang affiliate akan mendapat komisi setiap kali ia berhasil mereferensikan orang lain untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan yang disyaratkan oleh penyedia program affiliasi, contohnya adalah CPALead).
Itulah beberapa jenis kegiatan bisnis yang terjadi di negara kita, setidaknya kita bisa belajar banyak dan mengetahui perkembangan bisnis yang ada. Untuk masalah kelebihan dan kekurangan tiap jenis bisnis tersebut (dilihat dari cara pemasarannya) mungkin bisa saya paparkan dalam postingan berikutnya. Dalam berbisnis, pastikan kita sudah mengetahui sistem pemasaran yang akan kita pilih dan reesiko yang akan kita terima, karena sistem pemasaran dan resiko adalah faktor penentu keberhasilan bisnis kita. semakin berkembang bisnis kita, maka kita berpengaruh juga terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia.